Menggali Permata dengan Melacak Sejarah Penyelenggaraan Pendidikan Marsudirini

Semangat Berkarya untuk Tanah Misi Hindia – Belanda

     Mgr. Lijnen – seorang Pastor asal negeri Belanda yang bertugas di Paroki Gedangan. (Sekarang menjadi Paroki St. Yusup)  sekitar abad 19 menggagas menghadirkan misionaris biarawati dari negeri Belanda untuk membantu mengurus pendidikan bagi anak-anak Indo-Eropa. Untuk mewujudkan gagasan tersebut Mgr. Lijnen pada bulan Januari 1869 berkunjung ke negeri Belanda dan secara khusus mengunjungi biara induk tarekat Suster Santo Fransiskus di Heythuysen negeri Belanda untuk meminta tenaga yang sangat dibutuhkan di tanah misi Hindia – Belanda tepatnya di Gedangan Semarang yang saat ini bernama Jl. Ronggowarsito no. 8 Semarang

     Permintaan Mgr. Lijnen tidak serta merta dipenuhi oleh Moeder Aloysia sebagai pimpinan suster-suster OSF. Dengan berbagai usaha , doa dan melalui proses pembicaraan yang panjang akhirnya permintaan Pastor Lijnen dipenuhi oleh Moeder Aloysia. Pada saat itu tercatat 200 suster OSF di negeri Belanda mendaftarkan diri untuk berkarya di tanah misi Hindia-Belanda yang sangat jauh untuk ukuran waktu itu. Dari dua ratus suster yang mendaftar, hanya sepuluh suster yang terpilih untuk diutus. Sepuluh suster tersebut adalah Sr. Alphonsa Hoeben sebagai pimpinan utusan, Sr. Marina Diederen, Sr. Aurelia, Van De Pas, Sr. Lucia Porten, Sr. Yosepha Wisink, Sr. Plechelma Scolten, Sr. Odilia Ten Pol, Sr. Antonine Reuner, Sr. Nicoline Yacobe dan Sr. Suzanna Broam, Sr. Cunigunde Idink. Bersama mereka pula ada tiga imam Jesuit dan tiga suster Ursulin atau suster-suster Santa Ursula yang berangkat ke Semarang.

Awal Penyelenggaraan Pendidikan OSF

     Pada awal 1870 para suster OSF yang baru tiba di Semarang bertugas mengurus anak-anak yatim piatu dan memberi pendidikan keterampilan dan pelatihan bahasa Belanda pada anak Indo Eropa. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan pendidikan bagi anak-anak Indo-Eropa dan kebutuhan pendidikan masyarakat sekitar, para suster OSF pada tanggal 1 Agustus 1871 secara resmi membuka pendidikan formal. Menurut catatan, pada awal penyelenggaraan pendidikan formal tersebut ada beberapa keluarga yang mendaftarkan putra-putrinya ke sekolah. Ada enam siswa tercatat sebagai siswa pertama. Tiga anak sebagai siswa Sekolah Bahasa Belanda dan tiga siswa untuk TK (taman kanak-kanak ). Dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Mei 1873 sekolah formal tersebut diberi nama Sekolah Eksternat dan secara resmi menerima siswa dari masyarakat luas di sekitar kota Semarang. Kerja keras para suster misionaris OSF membuahkan hasil yang berarti. Setelah mendirikan Sekolah Panti Asuhan internat, Sekolah Eksternat untuk masyarakat luas, Suster OSF pada tanggal 8 Agustus 1887 membuka sekolah baru yang diberi nama Sekolah Santa Maria. Pada saat pembukaan Sekolah Santa Maria tercatat ada 16 siswa.

     Tiga sekolah yang telah dibuka tersebut mempunyai spesifikasi berbeda. Sekolah Panti Asuhan mengelola pendidikan Taman Kanak-kanak, sementara Sekolah Santa Maria mengelola pendidikan Bahasa Belanda dan Frobel (Taman Kanak-kanak). Selain tiga sekolah yang sudah dirintis, para suster juga membuka sekolah keterampilan untuk anak-anak pribumi Katolik pada tanggal 6 Januari 1896. Pendidikan keterampilan mencakup menjahit dan merenda. Para suster juga membuka sekolah Monika pada tanggal 7 Juli 1901. Sekolah Monika adalah sekolah Minggu yang dikhususkan bagi siswa etnis Afrika yang bersekolah di sekolah negeri. Perkembangan pelayanan pendidikan oleh suster misionaris OSF terus berkembang seiring dibukanya biara-biara baru di kota-kota besar : 1870 Semarang Gedangan, 1902 Yogyakarta, 1908 Bangkong dan Mendut (Mendut berakhir pada tahun 1943), 1924 Ambarawa, 1925 Solo, 1926 Muntilan, 1930 Boro, 1931 Poncol, 1933 Salatiga, 1955 Jakarta (Matraman).

Peran Yayasan Kanisius dan Lahirnya Marsudirini

     Pasca perang kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1952 melahirkan kebijakan tentang pengelolaan sekolah-sekolah swasta. Sekolah-sekolah swasta harus dikelola oleh sebuah Yayasan. Berdasarkan Peraturan  Pemerintah tersebut, Keuskupan Agung Semarang  mendirikan Yayasan Kanisius yang menaungi semua sekolah Katolik termasuk sekolah-sekolah Katolik milik Para Suster OSF. Dalam proses selanjutnya tarekat-tarekat mendirikan yayasan sendiri-sendiri dan melepaskan diri dari Yayasan Kanisius. Maka pada tanggal 5 Juli tahun 1954 suster-suster OSF mendirikan Yayasan Marsudirini yang menaungi sekolah-sekolah milik OSF. Waktu itu telah ada 11 biara yang melayani karya pendidikan dengan 9 TK, 14 SD, 4 SMP, dan 1 SMA. Selain itu di Ambarawa pada tahun 1924  dibukalah Normaal School yang kemudian menjadi SGB lalu SPG. Tahun 1933 di Poncol ada KWEEKSCHOOL yang kemudian menjadi SPG.

Proses Terbentuknya Badan Hukum Yayasan

setelah nama dan lambang Yayasan Marsudirini ditentukan, pada hari Senin tanggal 5 Juli 1954 Yayasan Marsudirini memproses pendirian badan hukumnya melalui kantor notaris Tan Bian Tjong, SH Semarang dengan notaris Raden Mas Suprapto.

Hadir dalam acara waktu itu:

  1. Sr. Maria Godeliva Sutarmi, OSF (Raden Roro Sutarmi)
  2. Sr. Maria Clara Francisca Soekeni Sasaningrat, OSF (Raden Adjeng Soekeni Sasaningrat)
  3. Sr. Maria Dorothew Siwi Hamidjaya, OSF (Raden Adjeng Siwi Hamidjaya)
  4. Sr. Maria Camilla Bibiana Parantrisnah Atmowinoto, OSF (Raden Ajeng Parantrisnah Atmowinoto)
  5. Sr. Maria Marcella Constantina Soelastri Hardjasoekanta, OSF
  6. Sr. Maria Stanislas AloysiaSarsini TjitroSarojo, OSF

Berdasarkan akta notaris pendirian yayasan, duduk sebagai pengurus harian pertama kali adalah sebagai berikut :

  • Ketua                                               : Sr. Maria Clara Fransiska Soekeni Sasaningrat, OSF
  • Ketua Muda                                    : Sr. Maria Clementine Elisabeth Yohanna Van Der Geest
  • Panitera merangkap Bendahara : Sr. Maria Fransisco Cornelia Bosdriesz
  • Pegawai                                            : Sumato dan Soekotjo
Visi dan Misi Pertama

 

Setelah menjadi badan hukum, untuk pertama kalinya Yayasan Marsudirini membuat visi dan misi. Adapun visi dan misi  Yayasan sebagai berikut:

Visi        :  Kami lulusan Marsudirini akan menjadi saudara yang mencintai alam ciptaan Allah, sesama manusia dan sesama bangsa.

Misi        : Kami Siswa-siswi Marsudirini akan selalu mengembangkan Multi InteligenceFisik,  IQ (Kecerdasan Intelektual)EQ (Kecerdasan Emosi), SQ (kecerdasan Spiritual) secara berimbang dan perkembangan seimbang dalam diri kami dan peserta didik disumbangkan untuk kesejahteraan bersama.
Facebook
Twitter
WhatsApp
error: Content is protected !!
× Available on SundayMondayTuesdayWednesdayThursdayFridaySaturday